Selasa, 09 Agustus 2016

INTERVENSI ORANGTUA DALAM RUMAH TANGGA


Keterlibatan keluarga dapat mempengaruhi seseorang setelah menikah. Kehadiran keluarga dari pasangan tentunya sedikit banyak membawa dampak dalam pernikahan. Tetapi bukan berarti anda tidak memiliki kesempatan untuk membangun rumah tangga anda.

Sering saya mendengar curhatan orang mengenai rumah tangganya, mayoritas adalah hubungan antara suami/istri dengan mertua. Bahkan parahnya ada yang sampai harus bercerai karena suaminya yang tidak mampu untuk bersikap tegas saat orangtuanya terlalu mencampuri urusan rumah tangganya.


Problematika orang tua yang terlalu intervensi dalam rumah tangga anak dapat dilihat dari faktor berikut : 

  • Orang Tua Selalu Menginginkan Yang Terbaik Untuk Anaknya
Alasan ini adalah alasan yang paling klasik dan menjadi "senjata ampuh" yang digunakan orang tua ketika ia masuk ke dalam ranah perkawinan anaknya. Sebelum menikah, anak hidup bersama dengan orang tua. Dan saya yakin semua orang tua pasti selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya. Ikatan ini membuat orangtua merasa berhak dan bertanggung jawab terhadap hidup anaknya. Hal ini yang membuat orang tua merasa berhak mengatur hidup anak dan menantunya.


  • Orangtua Belum Rela Melepaskan Anaknya

Orang tua merasa masih menjadi bagian dalam hidup anaknya. Ia lupa bahwa ketika ia merestui anaknya menikah, serta merta ia harus merelakan melepas hak asuh atas anaknya kepada istri atau suaminya. Karena ketika anak memutuskan untuk menikah, maka ia sudah menjadi satu dengan pasangannya dan bukan dengan orangtuanya lagi. Tapi hal ini bukan berarti memutus hubungan dengan orang tua. Yang dimaksud "tidak menjadi satu" lagi dengan orang tua adalah dalam hal pengasuhan, karena pernikahan itu ibarat "mengalihkan" hak asuh orang tua kepada pasangan anaknya.

  • Berbeda Pandangan Dalam Hal Pernikahan
Adalah tidak salah ketika orangtua berbagi pengalamannya dalam menjalani pernikahan, hal membangun rumah tangga, dan membentuk rumah tangga yang baik. Namun masih banyak orang tua yang menggunakan standar "versi mereka" di jamannya yang tentu saja sudah jauh berbeda dengan jaman sekarang. Sehingga muncul permasalahan dalam hal menerapkan standar tersebut karena dipaksakan penerapannya.

  • Anak Memiliki Konsep Rumah Tangga dan Keluarga Sendiri
Di lain pihak, anak memiliki visi dan misi sendiri dalam membangun keluarga barunya. Dalam hal ini tergantung seberapa kuat anak bisa bersikap tegas kepada orang tua tanpa harus menyakiti orang tuanya. Tegas yang dimaksud disini adalah berani mempertahankan visi misinya untuk membangun keluarga barunya tanpa intervensi orang tua. Sehingga anak tidak melulu menjadi "anak mami" yang selalu mengikuti perkataan orang tua terutama terkait cara membangun rumah tangga mengikuti standar orang tua.
Problematika ini terasa lebih berat di pihak suami. Dimana lebih sering suami tidak kuasa bersikap tegas kepada orangtuanya. Sehingga tidak jarang terjadi perselisihan antara orangtua dengan menantu.
Psikologi wanita, dalam hal ini istri yang menanggung beban paling berat dan merasa tertekan dalam kondisi yang tidak dapat dihindarinya. Karena ketika orang tua menggunakan kekuasaannya melalui suaminya, ia akan selalu mengikuti alur yang terbentuk, dan keberadaanya seperti "tidak dianggap" sebagai istri karena didominasi kekuasaan orang tua.

  • Lokasi Tempat Tinggal
Ini adalah faktor utama sebenarnya yang sangat mempengaruhi hubungan suami/istri dengan mertua. Pasangan yang tinggal bersama orang tua atau berdekatan dengan orang tua, akan rentan dengan konflik antara mertua dan menantu. Menantu akan selalu merasa tidak nyaman karena mertua akn selalu mengawasi gerak-geriknya. Apalagi mertua adalah tipe pribadi yang perfeksionis. Mertua akan senantiasa membanding-bandingkan menantu dengan dirinya. Ketika ada hal yang tidak sesuai dengan kemauannya/pikirannya, ia akan langsung menganggap menantunya tidak becus mengurus suaminya (anaknya) seperti dirinya mengurus anaknya. Lama-kelamaan akan menimbulkan masalah besar, karena mertua menuntut menantunya untuk menjadi sama dengan dirinya. Padahal tidak bisa demikian. Karena jaman sudah berubah dengan jamannya ketika baru menikah dulu, dan hal penting yang harus diingat : manusia tidak ada yang sempurna. Sehingga mertua tidak bisa menuntut menantunya untuk sempurna dalam mengurus suami (anaknya), sepanjang menantunya sudah menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri yang baik.



Selalu ada konsekwensi untuk setiap pilihan yang diambil. Baik untuk memilih tegas kepada orang tua ataupun diam-diam saja dan membiarkan orang tuanya mengatur rumah tangganya. Ketegasan anak terhadap orang tua dalam hal membangun keluarganya bukan berarti bahwa ia melawan orang tuanya atau bersikap durhaka terhadap orang tua. Tetapi perlu dijelaskan kepada orang tua dan memberi pengertian agar orang tua dapat mengerti, bahwa ketika anak memutuskan untuk menikah dan membangun keluarganya, ia bukan lagi menjadi bagian dan tanggung jawab dari orang tua. 

Pernikahan itu seperti mengalihkan "hak asuh anak"nya kepada pasangan anaknya. Meskipun demikian, anak dan orang tua harus saling menjaga tali silaturahmi jangan sampai terputus yang ditunjukan dengan komunikasi yang baik satu sama lain. Orang tua harus sadar dan mengerti bahwa anak juga ingin membangun rumah tangganya sendiri-sama halnya dulu ketika orang tua pun baru menikah dan ingin membangun rumah tangganya- dan menjaga agar posisi orang tua tetap di tempat yang seharusnya agar tidak terlalu intervensi dalam rumah tangga anaknya.

2 komentar:

  1. JOIN NOW !!!
    Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
    Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
    BURUAN DAFTAR!
    dewa-lotto.name
    dewa-lotto.com

    BalasHapus
  2. Thanks infonya. Oiya ngomongin rumah tangga, ternyata ada loh trik jitu merencanakan keuangan bagi keularga agar bisa hidup sejahtera. Mau tau rahasianya? Yuk cek di sini: Tips keuangan rumah tangga

    BalasHapus

Copyright © 2015 Femalixious
| Distributed By Gooyaabi Templates